Oleh: Gatot Prakoso
Hackathon adalah suatu kata yang asing pada mulanya. Setelah mencari tahu, timbullah rasa penasaran yang teramat sangat untuk mengikutinya, terutama karena ini adalah Hackathon #CodeForGOD. Tanpa berlama-lama lagi, saya langsung mempromosikannya di gereja dengan tujuan mencari teman untuk dapat menjadi sebuah tim dalam mengikutinya nanti. Namun, tidak semudah yang dibayangkan, teman-teman gereja pun ternyata gentar mendengar nama event Hackathon.
Show must go on, itulah kata-kata yang terngiang dalam benak saya. Tanpa ragu lagi, saya langsung mendaftarkan diri. Dalam acara Hackathon #CodeForGOD, terdapat 3 track yang dapat dipilih oleh para peserta, yaitu Idea-thon untuk mereka yang memiliki ide-ide brilian, Media-thon untuk mereka yang memiliki keterampilan khusus di bidang media, dan Code-thon untuk mereka yang memiliki keterampilan khusus di bidang programming. Saya pun memilih track Code-thon sesuai dengan keterampilan yang dimiliki.
Masalah berikutnya kemudian muncul ke permukaan, saya belum memiliki ide project untuk dikerjakan. "Mau buat apa ya nanti?" "Apakah itu bermanfaat untuk dibuat?" Hal ini terus menjadi pergumulan saya. Sampai pada akhirnya, saya mengambil keputusan untuk bergabung dengan peserta lain yang telah memiliki ide project. Setelah itu, tepatnya satu minggu sebelum acara Hackathon dimulai, tiba-tiba saya dihubungi oleh salah seorang mentor saya, bukan dari mentor acara Hackathon, karena ada juga mentor-mentor yang diundang untuk membantu peserta dalam acara Hackathon nantinya. Mentor saya pun segera membagikan ide-idenya yang luar biasa tersebut, dan saya terbelalak melihat ide yang dibagikannya itu, tidak pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya. Tanpa ragu lagi, saya mendaftarkan diri menjadi salah seorang "PIC Project" dengan project bernama "Magic Study Bible".
Acara Hackathon #CodeForGOD pun dimulai tepatnya pada Jumat malam, 9 Oktober 2020, dan di luar dugaan saya, saya diberikan Tuhan sebuah tim yang luar biasa kerennya. Kalau dianalogikan kira-kira seperti ini formasinya, adalah seorang bernama Gilbert yang bertugas membuat sebuah body mobil, seorang bernama Joshua yang tugasnya membuat segala aksesori dan perlengkapan mobil, seorang bernama Otis yang tugasnya melakukan painting pada body mobil, dan seorang bernama James yang tugasnya menggabungkan semua bagian mobil, termasuk mesinnya. Saya sendiri bertugas membuat mesin mobil.
48 jam itulah waktu yang semua peserta Hackathon #CodeForGOD miliki untuk menyelesaikan project. Kami pun segera beraksi. Kantuk dan lelah adalah hal-hal yang kami rasakan pada saat itu. Namun, keinginan kami untuk dapat menyelesaikan project itulah yang membuat kami dimampukan untuk membuatnya sampai selesai.
Tepat pukul satu siang pada Minggu, 10 Oktober 2020, alarm pun berdering, menandakan batas waktu penyelesaian project dinyatakan selesai. Tidak berselang lama, penjurian dimulai. Semua peserta sangat bersemangat mengikutinya. Kami sangat senang setiap kali juri mengumumkan project-project yang menjadi pemenang. Project kami memang tidak menang, tetapi kami sangat senang sudah bisa mengikuti acara ini. Ada kebanggaan yang luar biasa karena telah berkontribusi di dalamnya.
Mungkin ada orang yang berpikir bahwa ini adalah sebuah kompetisi para programmer. Ya betul, dan itu tidak ada salahnya sama sekali. Namun, Hackathon #CodeForGOD ini berbeda. Menurut saya, acara ini diadakan sebagai salah satu cara brainstorming dengan tujuan mengumpulkan ide-ide terbaik untuk suatu terobosan baru dalam pekerjaan Kerajaan Allah. Jadi, bukan soal menang dan kalah, tetapi tentang peran kita dalam pekerjaan Kerajaan Allah tersebut.
Terima kasih SABDA sudah menjadi penggagas acara Hackathon #CodeForGOD ini. Luar biasa sekali. Pastilah bukan suatu hal yang mudah untuk dapat merealisasikannya. Namun, kita semua sudah berhasil melakukan satu langkah terobosan yang sangat baik.