Oleh: Uliyasi Simanjuntak
"Unik" dan "ajaib". Dua kata itulah yang langsung terlintas di kepala saya saat mengingat awal bergabung di kegiatan Hackathon Virtual 2020 #CodeForGOD. Saat itu, sekitar jam makan siang, saya browsing beberapa website untuk mencari pelatihan kerja. Pasalnya, sudah dua bulan saya tidak bekerja. Jadi, mulai sedikit bosan. Maksudnya, saya punya suatu keahlian lain, selain "ngulek" sambal, masak, cuci piring, membantu pekerjaan mama di rumah ... hehe.
Lalu, saya melihat ada pelatihan tentang bahasa pemrograman C++ alias bahasanya komputer dan ada juga pelatihan marketing. Bingung memutuskan mau ikut yang mana, eh tiba-tiba, masuk WhatsApp dari Koordinator Guru Sekolah Minggu GBI Matawai, Kak Melce. Beliau mengirimkan poster kegiatan #CodeForGOD dan menganjurkan saya untuk ikutan.
Karenanya, dengan tekad yang bulat dan asa yang kuat (duh, bahasanya ... haha), akhirnya saya memutuskan untuk belajar bahasa pemrograman dengan harapan mungkin ilmunya bisa membuka jalan untuk saya membuat aplikasi game untuk anak-anak sekolah minggu atau paling tidak bisa saya aplikasikan di Hackathon nanti. Sayangnya, pelatihannya berlangsung singkat dan sangat dasar. Alih-alih menggunakannya di Hackathon, untuk diri sendiri saja roaming lama ... haha.
Yang menakjubkannya lagi, saya malah bertemu dengan suhu-suhu programmer yang punya hati untuk memperluas Kerajaan Allah di bumi dengan karya tangan mereka. Lengkap dengan bahasa komputer yang menurut saya sama rumitnya dengan mencoba memahami rencana Tuhan dalam hidup ini. Lho kok? Ya iyalah, rencana Tuhan untuk kita itu tidak perlu harus dimengerti, cukup ditaati. Mantul, mantap betul.
Meski saya tidak tahu apa yang bisa saya kontribusikan dalam kegiatan Hackathon ini, dan merasa "kecil" juga awalnya, namun ada kalimat penguatan yang saya dapat dari salah satu pembicara bahwa "God doesn’t call the qualified, He qualifies the called". Intinya, apa yang ada pada kita, sekecil apa pun itu, akan Tuhan gunakan dengan indah dan berdampak. Tidak usah ragu dan khawatir. Tuhan sudah membuktikan di kasus 3 roti dan 2 ikan yang berhasil memberi makan 5000 orang sampai kenyang dan malah berlebih. Atau, dari 11 murid-Nya yang selama 3 tahun bersama, berhasil menjangkau jutaan jiwa di berbagai benua dan negara. Atau, dari jala Petrus yang Tuhan Yesus suruh tebar, berhasil menangkap 153 ikan, menjadi ribuan situs atau aplikasi yang dibuat untuk memudahkan gereja dalam menjangkau, menyebarkan kasih, dan memuridkan seluruh bangsa di dunia digital ini.
Saat proses pemilihan proyek, saya bertanya kepada Tuhan, proyek yang mana yang saya ambil. Awalnya, karena semua proyeknya bagus, dan hal yang familiar bagi saya adalah proyek yang berhubungan dengan anak karena saya bergerak di pelayanan anak, saya tertarik untuk masuk di proyek yang berhubungan dengan anak. Namun, saya mendapat ajakan dari Kak Andrew untuk mendukung proyek A-Crab, sebuah aplikasi pengiriman pesan ulang tahun untuk menyebarkan perhatian dan kasih Tuhan kepada para jemaat. Saya segera memutuskan untuk bergabung, sebab saya yakin Kak Andrew sudah punya tugas yang bisa saya kerjakan.
Pada hari #Hack, rasanya senang sekali bisa menuntaskan tugas saya untuk membuat kalimat ucapan di tengah-tengah pekerjaan baru yang saya dapatkan. Saya juga mendapat banyak bantuan dari teman-teman grup yang dengan antusiasnya mengumpulkan data, meng-input-nya, dan memenuhi pesan WhatsApp saya dengan diskusi bahasa pemrograman, bahkan hingga tengah malam. Meski kegiatan Hackathon Virtual #CodeForGOD telah berakhir, tetapi semangat para pemilik proyek dan semua peserta menyematkan sukacita dan puji syukur kepada Tuhan atas setiap talenta yang Ia anugerahkan untuk kemuliaan bagi Nama-Nya semata.